KHASANAH
PAMALI BANJAR
DI
KALIMANTAN SELATAN
Oleh Tajuddin Noor Ganie
Rumah Pustaka Folklor Banjar,
Banjarmasin, Kalsel
Email: ganietajuddinnoor@yahoo.co.id
Abstrak
Pamali
Banjar adalah ungkapan tradisional berbahasa Banjar yang berisi paparan tentang
siapa saja yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu pada
waktu-waktu tertentu di tempat-tempat tertentu dan akibat-akibat tertentu yang
melekat sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang berani melakukan
perbuatan-perbuatan tertentu yang tidak boleh dilakukan itu.
Secara teoretis
struktur Pamali Banjar ada 2, yakni: (1) berstruktur dua bagian dan (2)
berstruktur tiga bagian.
Pamali
Banjar berstruktur dua bagian disusun sedemikian rupa dengan merujuk kepada
urutan-urutan sebagai berikut: (1) Paparan tentang siapa saja (apostrof) yang
tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu (yang terlarang), yakni: (a)
siapa haja (semua orang), (b) babinian (wanita), (c) kakanakan (anak-anak), (d)
lalakian (laki-laki), dan (e)
orang-orang dengan status social atau profesi tertentu; (2) paparan
tentang situasi-situasi tertentu; (3) paparan tentang waktu-waktu tertentu yang
terlarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu; (4) paparan
tentang tempat-tempat tertentu yang terlarang untuk dijadikan sebagai tempat
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu; dan (5) paparan
tentang akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai sebagai hukuman yang
diancamkan kepada siapa saja yang secara tidak sengaja atau bahkan secara
sengaja telah melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang tersebut.
Pamali
Banjar berstruktur tiga bagian adalah Pamali Banjar yang dilengkapi dengan
jalan keluar (solusi, bahasa Banjar, lalasar).
Pada Pamali Banjar berstruktur dua bagian tidak ada paparan tentang jalan
keluar (solusi) yang harus dilakukan supaya apostrof yang melakukan pelanggaran
atas suatu Pamali Banjar tidak terkena akibat atau terkena hukuman (bahasa
bahasa, takana kapamalian)
sebagaimana yang diancamkan dalam Pamali Banjar yang dilanggarnya itu.
Kata kunci:
pamali Banjar, pamali Banjar berstruktur dua bagian, dan pamali Banjar
berstruktur tiga bagian.
Etimologi dan Definisi Pamali Banjar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) mengartikan pamali atau
pemali sebagai pantangan atau larangan berdasarkan adat, kebiasaan, dan
biasanya selalu dikaitkan dengan mitos.
Hutari (2010, dalam Jamali & Dalle, 2013:1055)
berpendapat istilah pamali berasal dari bahasa Sunda, makna katanya sama dengan
pantrang (pantang) dan cadu (tabu), yang artinya pantangan atau larangan
tentang suatu tindakan yang dilakukan sehari-hari yang apabila dilakukan akan
dapat mendatangkan kesialan dalam hal kesehatan, keselamatan, jodoh, rezeki,
keturunan dsb dsb.
Menurut teori folklor, pamali termasuk dalam kelompok
kepercayaan rakyat yang lajim disebut takhyul (Danandja, 1984:153-155). Namun,
ada juga ahli lain yang memasukkannya dalam kelompok ungkapan tradisonal
(Effendi dkk, 1994:27), dan (Jamali & Dalle, 2013:1055).
Effendi dkk (1994:27) menyebut pamali dengan istilah
kata-kata tabu (ungkapan larangan), yakni sebuah kalimat imperative atau sebuah
kalimat pernyataan. Susunan kalimat dalam ungkapan tabu ada 2 macam, yakni: (1)
terdiri dua bagian, yakni berupa sebuah frase kerja ditambah dengan modalitas
jangan. dan (2) tanpa modalitas jangan yang bermakna larangan ditambah dengan
sebuah frase (frase kerja, frase sifat,
atau frase benda) yang mengandung makna hukuman atau sanksi.
Pamali dalam masyarakat Banjar berarti ungkapan-ungkapan yang
mengandung semacam larangan atau pantangan untuk dilakukan, di mana dalam
masyarakat Banjar, pamali memiliki posisi sekaligus berfungsi sebagai control
social bagi seseorang dalam berkata, bertindak, atau melakukan suatu kegiatan
(Jamali dan Dalle, 2013).
Kamus Banjar Indonesia mengartikan pamali sebagai pantang
(Hapip, 2001:132). Penulis sendiri merumuskan pamali Banjar dengan rumusan
sebagai berikut: ungkapan tradisional berbahasa Banjar yang berisi paparan
tentang siapa saja yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu pada
waktu-waktu tertentu di tempat-tempat tertentu dan akibat-akibat tertentu yang
melekat sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang berani melakukan
perbuatan-perbuatan tertentu yang tidak boleh dilakukan itu.
Struktur Pamali Banjar
Secara teorites struktur Pamali Banjar ada 2, yakni:
(1) berstruktur dua bagian dan (2) berstruktur tiga bagian.
Pamali Banjar Berstruktur Dua Bagian
Pamali Banjar
berstruktur dua bagian disusun sedemikian rupa dengan merujuk kepada urutan-urutan
sebagai berikut:
- Paparan tentang siapa saja (apostrof) yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu (yang terlarang), yakni: (1) siapa haja (semua orang), (2) babinian (wanita), (3) kakanakan (anak-anak), (4) lalakian (laki-laki), dan (5) orang-orang dengan status social atau profesi tertentu.
- Paparan tentang situasi-situasi tertentu
- Paparan tentang waktu-waktu tertentu yang terlarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu
- Paparan tentang tempat-tempat tertentu yang terlarang untuk dijadikan sebagai tempat untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu
- Paparan tentang akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang secara tidak sengaja atau bahkan secara sengaja telah melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang tersebut
Paparan Nomor 1 dan 5 bersifat wajib (condition qua
noon), sedangkan paparan Nomor 2, 3 dan 4 bisa ada dan bisa pula tidak ada
(bersifat fakultatif), dalam kasus-kasus tertentu posisi ketiganya bisa saja
saling bertukar tempat satu sama lainnya.
Bagian 1 pada Pamali Banjar dimaksud meliputi paparan
Nomor 1-4 dan Bagian 2 adalah paparan Nomor 5
Contoh-contoh Pamali Banjar
berstruktur dua bagian
Babinian (orang
yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali badiri (perbuatan yang
terlarang) di muhara lawang (tempat) kaina halinan baranak (akibat). Artinya
wanita hamil terlarang duduk atau berdiri di muka pintu karena hal itu akan
berakibat yang bersangkutan susah melahirkan.
Babinian (orang
yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali makan pisang kambar (perbuatan
yang terlarang) kaina baranak kambar siam (akibat). Artinya wanita hamil
terlarang makan pisang kembar karena hal itu berakibat melahirkan anak kembar siam.
Babinian (orang yang terlarang
melakukan) bujang (situasi) pamali bakujamas (perbuatan yang terlarang) malam
Sabtu (waktu) kaina bajudu lawan laki nang katuju mamukulinya (akibat). Artinya
anak gadis terlarang mengeramas rambut pada malam Sabtu karena hal itu
berakibat yang bersangkutan akan berjodoh dengan suami yang suka menyiksanya.
Babinian (orang yang terlarang melakukan) bujang (situasi) pamali
bamasak sambil banyanyi (perbuatan yang terlarang) kaina baanak tiri (akibat).
Artinya anak perawan terlarang memasak sambil menyanyi karena hal itu berakibat
yang bersangkutan akan bersuami duda yang sudah mempunyai anak (bakal mempunyai
anak tiri).
Kakanakan (orang
yang terlarang melakukan) pamali bajalan (yang terlarang) parak kuburan (tempat)
kaina kapidaraan (akibat). Artinya anak kecil terlarang berjalan di dekat
kuburan karena hal itu akan berakibat yang bersangkutan akan jatuh sakit karena
diganggu makhluk gaib.
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali duduk di bantal (perbuatan
terlarang) kaina buritnya babisul (akibat). Artinya anak-anak terlarang
menjadikan bantal sebagai tempat duduk karena hal itu berakibat pantat yang
bersangkutan pantat akan ditumbuhi banyak bisul.
Kakanakan (orang yang terlarang
melakukan) pamali makan batis hayam (perbuatan terlarang) kaina tulisan kada
baik kaya karacak hayam (akibat). Artinya anak-anak terlarang makan nasi
berlauk-pauk kaki ayam karena hal itu berakibat tulisan yang bersangkutan
menjadi jelek seperti cakar ayam.
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali makan iwak
banyak-banyak (perbuatan terlarang) kaina parutnya buris marga bacacingan
(akibat). Artinya anak-anak terlarang memakan ikan terlalu banyak karena hal
itu berakibat perut yang bersangkutan akan kembung karena cacingan.
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali mamakan kapala hayam (perbuatan
terlarang) kaina bagawi kada manuntung (bahasa Banjar, kapala hayaman) (akibat).
Artinya anak-anak terlarang memakan kepala ayam karena hal itu berakibat
pelakunya akan selalu mengalami kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan yang
dipercayakan orang kepadanya.
Kuitan (orang
yang terlarang) pamali manjinjit talinga anaknya (perbuatan yang terlarang
melakukan) kaina anaknya pacang batambah bangal (akibat). Artinya orang tua
terlarang menjewer telinga anaknya karena hal itu berakibat anaknya akan
bertambah bengal.
Lalakian bujang (orang yang terlarang
melakukan) pamali mambari saputangan lawan larangannya (yang terlarang) kaina
pagat balarangan (akibat). Artinya lelaki jejaka terlarang memberi saputangan
kepada kekasihnya karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan putus cinta
di tengah jalan.
Lalakian bujang (orang yang terlarang
melakukan) pamali manukar baju rumbingan (perbuatan yang terlarang) kaina
babini balu (akibat melanggar larangan). Artinya lelaki perjaka terlarang
membeli baju bekas karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan beristri
janda.
Lalakian bujang (orang yang terlarang
melakukan) pamali kada mandatangi saruan urang banikahan atawa bapangantinan (perbuatan
yang terlarang dan keterangan kegiatan) kaina halin judu (ngalih baulih judu)
(akibat melanggar larangan). Artinya lelaki jejaka terlarang tidak menghadiri
undangan pernikahan atau perkawinan karena hal itu berakibat yang bersangkutan
akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan jodoh.
Pandulang
intan (orang yang terlarang melakukan) pamali bapandir di dalam luang
pandulangan (perbuatan yang terlarang dan keterangan tempat) kaina galuh kada
mau baparak (akibat melanggar larangan). Artinya terlarang berbicara ketika menggali
lubang pendulangan karena hal itu berakibat yang bersangkutan tidak akan
memperoleh intan yang dicarinya.
Pangantin (orang
yang terlarang melakukan) pamali makan bagangan (perbuatan yang terlarang) kaina
hari hujan labat pas hari inya dikawinakan (akibat melanggar larangan). Artinya
pengantin terlarang makan berkuah sayur karena hal itu berkibat hujan turun
pada hari perkawinannya.
Siapa
haja (orang yang terlarang melakukan) imbah makan (situasi) pamali barabah
(perbuatan yang tidak boleh dilakukan) kaina awak ringkut lalu kulir bagawi
(akibat). Artinya siapa saja setelah makan terlarang langsung berbaring, nanti
tubuh jadi lemas sehingga yang bersangkutan jadi malas bekerja.
Siapa haja
(orang yang terlarang melakukan) nang baisi anak halus (situasi) pamali mamakan
buah gindalun (perbuatan yang tidak boleh dilakukan) kaina anaknya kana
panyakit sawan (akibat). Artinya orang yang memiliki anak kecil terlarang
memakan atau membawa pulang ke rumah buah gindalun karena hal itu berakibat
anaknya akan terkena penyakit sawan.
Siapa haja
(orang yang terlarang melakukan) nang hanyar nikah (situasi) pamali kaluar
rumah (perbuatan yang terlarang, sekaligus juga keterangan tempatnya) basanjaan
hari (waktu), kaina diganggu urang halus (akibat). Artinya siapa saja yang baru
menikah terlarang keluar rumah ketika senja, karena yang bersangkutan akan
jatuh sakit akibat diganggu makhluk gaib.
Siapa haja
(orang yang terlarang melakukan) pamali bacaramin sambil barabah (perbuatan
terlarang) kaina karindangan saurangan (akibat). Artinya siapa saja terlarang
bercermin sambil berbaring karena hal itu akan berakibat cinta yang
bersangkutan akan bertepuk sebelah tangan.
Siapa haja
(orang yang terlarang melakukan) pamali bagambar batalu (perbuatan yang
terlarang) kaina nang di tangah pacang tadahulu mati (akibat). Terlarang bagi
siapa saja berfoto bertiga karena hal itu berakibat yang berada di tengah akan
lebih dulu meninggal dunia.
Siapa haja
(orang yang terlarang melakukan) pamali bahira (situasi) sambil banyanyi
(perbuatan yang terlarang) kaina gigi rupui barataan (akibat). Artinya
terlarang berak sambil menyanyi karena hal itu berakibat gigi yang bersangkutan
akan rapuh dan akhirnya tanggal semua (ompong).
Siapa haja
(orang yang terlarang melakukan) pamali bahira (perbuatan yang terlarang) sanja
(tempat) kaina rajaki hilang parcuma (akibat). Artinya terlarang berak ketika
hari menjelang senja karena hal ini berakibat rezeki yang bersangkutan akan
hilang percuma.
Siapa haja
(orang yang terlarang melakukan) pamali bajajahit baju (perbuatan yang
terlarang) malam (waktu) kaina mawaris fakir miskin (akibat). Artinya siapa
saja terlarang menjahit pakaian malam hari karena hal itu berakibat yang
bersangkutan akan jatuh miskin di masa tuanya nanti.
Tukang jahit
(orang yang terlarang melakukan) pamali manggunting kain maulah baju hari
Salasa atawa Sabtu (perbuatan yang terlarang dan keterangan waktu) kaina
bajunya kada nyaman dipakai urang (akibat melanggar larangan). Artinya tukang
jahit terlarang memotong kain membuat baju pada hari Selasa atau Sabtu karena
hal itu berakibat baju yang dibuatnya tidak enak dipakai orang.
Uma, banyu
susu (keterangan objek larangan) uma (orang yang terlarang melakukan) pamali
titik ka kamaluan anak (perbuatan yang terlarang) kaina anaknya jadi urang nang
katuju bajinah (akibat melanggar larangan). Air susu ibu terlarang sampai jatuh
ke kemaluan anak karena hal itu berakibat anak yang bersangkutan akan menjadi
orang yang suka berzinah di masa dewasanya nanti.
Urang dagang (orang yang terlarang
melakukan) pamali bajual cuka malam (perbuatan yang terlarang dan keterangan
waktu) kaina langganan bukahan (akibat melanggar larangan). Artinya orang
dagang terlarang menjual cuka asam pada malam hari karena hal itu berakibat
para pelanggannya akan lari berbelanja ke
toko lain
Urang dagang (orang yang terlarang
melakukan) pamali bajual lading silit malam (perbuatan yang terlarang dan
keterangan waktu) kaina tukunya bangkrut (akibat melanggar larangan). Artinya
para pedagang terlarang menjual pisau silet pada malam hari karena hal itu
berakibat toko yang bersangkutan akan bangkrut.
Urang dagang
(orang yang terlarang melakukan) pamali bajual minyak gas malam (perbuatan yang
terlarang dan keterangan waktu) kaina rumah kasalukutan (akibat melanggar
larangan). Artinya para pedagang terlarang membeli atau menjual minyak tanah
pada malam hari karena hal itu berakibat rumah yang bersangkutan akan terbakar.
Urang dagang (orang yang terlarang
melakukan) pamali bajual uyah malam (perbuatan yang terlarang dan keterangan
waktu) kaina usahanya bangkrut (akibat melanggar larangan). Artinya para dagang
terlarang menjual garam pada malam hari karena hal itu berakibat yang
bersangkutan mengalami kebangkrutan
Pamali Banjar Berstruktur Tiga Bagian
Pamali Banjar
berstruktur tiga bagian adalah Pamali Banjar yang dilengkapi dengan jalan
keluar (solusi, bahasa Banjar, lalasar).
Pada Pamali Banjar berstruktur dua bagian tidak ada paparan tentang jalan
keluar (solusi) yang harus dilakukan supaya apostrof yang melakukan pelanggaran
atas suatu Pamali Banjar tidak terkena akibat atau terkena hukuman (bahasa
bahasa, takana kapamalian) sebagaimana
yang diancamkan dalam Pamali Banjar yang dilanggarnya itu.
Contoh-contoh Pamali Banjar
berstruktur tiga bagian
Babinian
batianan pamali bajajahit (Bagian 1), kaina halinan baranak (Bagian 2), supaya
kada takana kapamalian, maka apa nang dijahitnya langsung ditapas (Bagian 3).
Artinya wanita hamil terlarang menjahit, karena hal itu berakibat yang
bersangkutan akan mengalami kesulitan ketika melahirkan anak yang dikandung,
supaya terhindar dari akibat buruk maka bersegeralah mencuci segala sesuatu
yang dijahit tersebut
Babinian
batianan pamali maandak wancuh di dalam panci nang batukup (Bagian 1) kaina
halinan baranak (Bagian 2), supaya kada takana kapamalian maka wancuh wan
pancinya langsung dibasuh (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang meletakkan
sendok nasi di dalam panci yang tertutup karena hal itu berakibat yang
bersangkutan akan mengalami kesulitan dalam proses persalinanannya nanti.
Supaya terhindar dari akibat buruk maka sendok nasi dan panci dimaksud harus
segera dicuci.
Babinian
batianan pamali malawat urang kamatian (Bagian 1) kaina anaknya pucat kaya
mayat (Bagian 2). Supaya anak dalam tianan kada takana kapamalian maka imbah
bulik ka rumah langsung batampungas (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang melayat ke tempat
orang meninggal dunia karena hal itu berakibat anaknya akan berwajah pucat
seperti mayat. Supaya terhindar dari akibat buruk dimaksud maka bersegeralah
mencuci muka setelah pulang dari melayat orang meninggal dunia.
Babinian
batianan pamali malihat barang sasuatu nang kada baik (Bagian 1) kaina anaknya
kasindiran (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka hancapi sambat: his
jubilah. Artinya wanita yang sedang hamil terlarang melihat sesuatu yang tidak
baik karena hal itu akan berakibat buruk bagi anaknya yang masih berada di
dalam kandungannya. Supaya terhindar dari akibat buruk tersebut maka segera
ucapkanlah kata-kata: his jubilah (sama artinya dengan kata-kata amit-amit jabang
bayi dalam bahasa Jawa).
Babinian
batianan pamali malilitakan handuk atawa tapih ka gulu (Bagian 1) kaina tali
pusat anaknya talilit di dalam parut (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian,
maka handuk atawa tapih nang talanjur dililitakan di gulu itu langsung ditapas
lalu dijamur (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang melilitkan handuk atau
sarung di leher karena hal itu berakibat tali pusar (plasenta) anaknya akan
terlilit selagi masih berada di dalam kandungan. Supaya terhindar dari akibat
buruk tersebut maka cucilah segera handuk atau sarung dimaksud dan langsung
dijemur.
Babinian
batianan pamali mangucup sumsum tulang sapi (Bagian 1) kaina anaknya nang masih
dalam tianan pacang dihisap buyu (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka
hancapi sambat: his jubilah (bagian 3). Artinya wanita yang sedang hamil
terlarang menyedot sumsum tulang sapi karena hal itu akan berakibat anaknya
akan diisap makhluk gaib yang dalam bahasa Banjar disebut buyu. Supaya
terhindar dari akibat buruk tersebut maka segera ucapkanlah kata-kata: his
jubilah (yang kurang lebih artinya sama dengan kata-kata amit-amit jabang bayi
dalam bahasa Jawa).
Babinian
batianan pamali manyubarang batang banyu (Bagian 1) kaina halinan baranak (Bagian
2). Supaya kada takana kapamalian maka hamburakan baras kuning di tangah batang
banyu (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang menyeberangi sungai karena hal
itu berakibat proses persalinannya akan banyak mengalami hambatan. Supaya tidak
terkena akibat buruk dimaksud maka taburkanlah beras kuning ketika perahu atau
kapal yang ditumpangi berada di tengah sungai.
Babinian
imbah baranak pamali bajajahit (Bagian 1) kainanya matanya kabus (Bagian 2).
Supaya kada takana kapamalian, maka apa nang dijahitnya langsung ditapas
(Bagian 3). Artinya seorang wanita yang baru saja melahirkan anak terlarang
menjahit pakaian karena hal itu berakibat matanya akan menjadi rabun. Supaya
terhindar dari akibat buruk maka bersegeralah mencuci segala sesuatu yang
dijahit tersebut
Babinian
imbah baranak pamali manampi baras (Bagian 1) kaina matanya bisa kabus (Bagian
2). Supaya kada takana kapamalian maka imbah manampi baras hancapi batampungas
(Bagian 3) Artinya wanita yang baru saja melahirkan anak terlarang menampi
beras karena hal itu berakibat matanya akan rabun. Supaya terkena akibat
tersebut maka setelah selesai menampi beras harus segera mencuci mukanya.
Kakanakan
halus pamali dibawa masuk ka dalam hutan (Bagian 1) kaina kapidaraan marga
dirawa urang halus (Bagian 2). Supaya jangan takana kapamalian andaki halalang
di sasala talinganya (Bagian 3). Artinya anak kecil terlarang diajak masuk ke
dalam hutan lebat karena ia akan sakit demam panas akibat diganggu makhluk
gaib. Supaya tidak terkena akibat buruk dimaksud, maka di sela-sela telinga
anak yang bersangkutan dipasangi rumput ilalang.
Kakanakan
pamali bajalan parak kuburan (Bagian 1) kaina kapidaraan (Bagian 2). Supaya
kada takana kapamalian lakasi ucapakan assalam mualaikum (Bagian 3). Artinya
anak kecil terlarang berjalan di dekat kuburan karena hal itu akan berakibat
yang bersangkutan akan jatuh sakit karena diganggu makhluk gaib. Supaya tidak
terkena akibat buruknya maka begitu memasuki areal pekuburan maka bersegeralah
mengucapkan assalam mualaikum.
Kakanakan
pamali batiharap atawa batiharung (Bagian 1) kaina ditinggalakan kuitan mati (Bagian
2). Supaya kada takana kapamalian hancapi badiri sambil baucap: jauhakan bala
kamatian uma kamatian abah (Bagian 3).
Artinya anak-anak terlarang bertiarap karena hal itu berakibat orang tuanya
akan segera meninggal dunia. Supaya tidak terkena akibat buruk tersebut maka
segeralah berdiri sambil mengucapakan kata-kata: jauhkan bala bencana berupa
kematian orang tua.
Kakanakan
pamali guring batilungkup (Bagian 1) kaina ditinggalakan kuitan mati (Bagian 2).
Supaya kada takana kapamalian hancapi badiri sambil baucap: jauhakan bala
kamatian kuitan (Bagian 3). Artinya anak-anak terlarang tidur bertelungkup
karena hal itu berakibat orang tuanya akan segera meninggal dunia. Supaya tidak
terkena akibat buruk tersebut maka segeralah berdiri sambil mengucapakan
kata-kata: jauhkan diriku dari bala bencana kematian orang tua.
Kakanakan
pamali malihat mayat (Bagian 1) kaina kapidaraan (Bagian 2). Supaya kada
kapidaraan talinganya diculiti kapur sirih (Bagian 3). Artinya anak kecil terlarang
melihat mayat karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan jatuh sakit.
Supaya tidak jatuh sakit maka telinga anak yang bersangkutan dipolesi dengan
kapur sirih.
Pandulang
intan pamali manunjuk barang sasuatu lawan talunjuk di pandulangan intan
(Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan
Putri Sahanjani kada hakun baparak inya badua kada katuju lawan urang nang
manunjuk lawan talunjuk (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian tunjuklah
barang sasuatu itu lawan ibu jari (jampul) (Bagian 3). Artinya pendulang intan
terlarang menunjuk segala sesuatu di
lokasi pendulangan intan dengan telunjuknya karena Siti Anggani dan Putri
Sahanajani sangat tidak senang kepada orang yang berprilaku seperti itu sehingga
keduanya tidak mau mendekat untuk menaburkan intan-intan yang dibawanya ke
dalam lubang pendulangan intan yang digalinya. Akibatnya, pendulang intan yang
bersangkutan tidak akan pernah berhasil memperoleh intan kecil apalagi intan
besar barang sebutir juapun. Hal ini berkaitan dengan etika kesopanan. Konon,
para gadis dari alam gaib yang bertugas sebagai penabur intan tidak suka
melihat orang menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya. Orang seperti itu
dinilai sebagai orang sombong yang tidak tahu etika sopan santun. Supaya tidak
terkena akibat seperti itu maka tunjuklah segala sesuatu dengan menggunakan ibu
jari (jempol).
Pandulang
intan pamali manyambat bulik di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada
ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun
baparak. Inya badua mangira inya disuruh bulik ka alam gaib wadah inya bagana
(Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah mara (Bagian 3).
Artinya pendulang intan terlarang
menyebut kata bulik (pulang) di lokasi pendulangan intan karena Siti
Anggani dan Putri Sahanajani mengira dirinya diusir dan disuruh pulang kembali
ke alam gaib. Sehingga keduanya langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak
jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam
lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang
bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun.
Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah bulik dengan kata ganti mara.
Pandulang
intan pamali manyambat hadangan, hayam, kambing, sapi, wan ular di pandulangan
intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani
wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua takutan lawan hadangan,
hayam, kiambing, sapi, wan ular. Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah
pikulan, manuk, mikmik, nguah, wan akar (Bagian
3). Artinya pendulang intan terlarang
menyebut kata hadangan (kerbau), hayam (ayam), sapi, dan ular di lokasi
pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat takut dengan
hadangan (kerbau). Di alam gaib sana hadangan (kerbau) dikenal sebagai binatang
buas yang sangat berbahaya. Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke
alam gaib dan tidak jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan
yang dibawanya ke dalam lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud.
Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang
sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah hadangan
(kerbau) dengan kata ganti pikulan, manuk, mikmik, nguah, wan akar.
Pandulang
intan pamali manyambat hujan di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada
ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun
baparak. Inya badua takutan lawan hujan (Bagian 2). Supaya kada takana
kapamalian maka sambatlah runtuh (Bagian 3). Artinya pendulang intan
terlarang menyebut kata hujan di lokasi
pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat takut dengan
hujan. Di alam gaib sana hujan dikenal sebagai situasi yang sangat berbahaya.
Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak jadi
melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam
lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang
bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun.
Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah hujan dengan kata ganti runtuh.
Pandulang
intan pamali manyambat intan di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada
ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun
baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang wani manyambat intan (Bagian
3). Supaya kada takanan kapamalian maka sambatlah galuh (Bagian 3). Artinya
pendulang intan terlarang menyebut kata
intan di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani
sangat tidak suka kepada orang yang dianggapnya tidak sopan. Sehingga keduanya
tidak mau mendekat untuk menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang
milik pendulangan yang berani menyebut kata intan tersebut. Akibatnya yang
bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun.
Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah intan dengan kata ganti galuh.
Mengucapkan kata intan selama berada di lokasi pendulangan sangatlah tabu. Kata
ganti untuk itu adalah galuh. Konon, para Siti Anggani dan Putri Sahanjani
sangat marah mendengar ada orang yang berani menyebut kata intan tanpa tedeng
aling-aling. Hal itu dianggap melanggar etika kesopanan. Sama tidak sopannya
dengan seorang anak yang begitu berani memanggil orang lain yang usianya lebih
tua dengan cara langsung menyebut namanya tanpa embel-embel sama sekali (bahasa
Banjar, basisi).
Pandulang
intan pamali manyambat makan di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi
mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak.
Inya badua takutan mandangar dikiranya inya badua handak dimakan (Bagian 2).
Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah muat (Bagian 3). Artinya pendulang
intan terlarang menyebut kata makan di
lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat takut
mendengar kata-kata itu keduanya mengira mereka akan dimakan oleh para
pendulang intan. Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke alam gaib
dan tidak jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang
dibawanya ke dalam lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud.
Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang
sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah makan dengan
kata ganti muat.
Pandulang
intan pamali manyambat nasi di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada
ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun
baparak. Inya badua takutan lawan nasi nang asalnya kada lain pada banih
(Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah biji (Bagian 3).
Artinya pendulang intan terlarang
menyebut kata nasi di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan
Putri Sahanajani sangat takut dengan nasi yang sejatinya adalah padi yang
dikukus. Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak
jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam
lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang
bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun.
Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah nasi dengan kata ganti biji. Hal
ini berkaitan dengan legenda purba persaingan antara padi dengan intan.
Pandulang
intan pamali manyambat sial di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada
ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun
baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang manyambat dirinya sial (Bagian
2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah lucung (Bagian 3). Artinya
pendulang intan terlarang menyebut kata
sial di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani
sangat tidak suka dengan orang yang menyebut dirinya sial. Sehingga keduanya
tidak akan sudi menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang milik
orang yang mengucapkan kata sial dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan
kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak
terkena akibat itu, maka sebutlah sial dengan kata ganti lucung.
Pandulang
intan pamali manyambat tulak di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada
ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun
baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang manyambat tulak (Bagian 2).
Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah para (Bagian 3). Artinya pendulang
intan terlarang menyebut kata tulak
(pergi) di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani
sangat tidak suka dengan orang yang menyebut kata tulak dimaksdu. Sehingga
keduanya tidak akan sudi menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang
milik orang yang mengucapkan kata tulak dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan
kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak
terkena akibat itu, maka sebutlah tulak dengan kata ganti para (lamar).
Pandulang
intan pamali manyambat turun di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada
ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun
baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang manyambat turun (Bagian 2).
Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah mara (Bagian 3). Artinya pendulang
intan terlarang menyebut kata turun di
lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat tidak
suka dengan orang yang menyebut kata turun. Sehingga keduanya tidak akan sudi
menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang milik orang yang
mengucapkan kata turun dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang
untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu,
maka sebutlah turun dengan kata ganti mara (maju).
Siapa haja
pamali manunjuk balahindang (Bagian 1), kaina tangannya kutung (Bagian 2),
supaya kada kutung hancapi talunjuk diisap (Bagian 3). Artinya, siapa saja terlarang
menunjuk pelangi. Nanti telunjuknya akan bunting. Supaya tidak bunting maka
telunjuk dimaksud harus segera diisap.
Penutup
Pada masanya Pamali Banjar pernah menjadi semacam hukum
sosial tak tertulis (konvensi) yang sangat disakralkan, sehingga setiap
individu orang Banjar berusaha untuk tidak melakukan pelanggaran terhadapnya.
Uniknya, meskipun tidak ada aparatur hukum yang bertugas
sebagai penegaknya di lapangan, namun, karena takut mengalami hal-hal yang
tidak diinginkan, maka tak ada seorang pun yang berani melanggarnya.
Lambat laun pamali Banjar mengalami desakralisasi yang sangat
ekstrim. Posisinya sebagai salah satu entitas penting dalam khasanah
kepercayaan tradisional etnis Banjar merosot drastis menjadi mitos yang tidak
fungsional lagi sebagai hukum lisan (konvensi). Bahkan, saking merosotnya maka
pamali Banjar sekarang ini tak lebih dari sekadar ungkapan fiktif yang tidak
berarti apa-apa secara social (dianggap Cuma takhayul belaka)..
Ajaran agama Islam dengan seperangkat terminologinya seperti
takhayul, bid’ah, dan khurafat telah berperan sangat besar dalam menggerus
fungsi sosial pamali Banjar sebagai hukum lisan yang sakral. Selain itu, ilmu
pengetahuan yang berbasis rasionalitas juga tak kalah gencarnya melongsorkan
sendi-sendi yang selama ini menopang kesakralan pamali Banjar.
Tidak hanya pamali Banjar yang mengalami proses desakralisasi
yang begitu dahsyat seperti ini, tetapi juga dialami oleh sejumlah entitas
folklor Banjar lainnya, seperti alamat (bahasa
Banjar, artinya isyarat gaib), kepercayaan kepada adanya tuah magis pada bacaan (mantra Banjar), kepercayaan
kepada adanya tuah-tuah tertentu pada suatu benda tertentu, praktik peramalan
masa depan (bahasa Banjar, bilangan),
tafsir mimpi, kepercayaan terhadap gejala-gejala alam yang bersifat alamiah
yang disebut tanda-tanda, dan
kepercayaan terhadap gejala-gejala alam yang bersifat langka yang disebut tatangar.
Dalam
hal ini semua entitas folklor Banjar dimaksud sama-sama digunakan sebagai
sarana peringatan dini yang harus disikapi dengan perilaku tertentu. Bedanya,
titik berat fungsional pamali Banjar adalah sebagai sarana peringatan dini yang
bersifat memaksa, yakni orang Banjar tidak diperkenankan untuk melakukannya.
Jika melakukannya maka ada risiko tertentu yang harus ditanggungnya sebagai
akibat atau konsekwensi atas pelanggaran yang dilakukannya terhadap pamali
Banjar.
Semua entitas folklor Banjar dimaksud sama sifatnya yakni
sama-sama mengandung hal-hal yang bersifat takhyul, bid’ah, dan khurafat
menurut terminologi agama Islam, atau mengandung hal-hal yang tidak rasional
menurut terminologi ilmu pengetahuan modern yang berasal dari Barat.
Namun, terlepas dari status masa kininya yang cuma sekadar
ungkapan fiktif (takhayul), pamali Banjar harus tertap dijaga agar jangan
sampai punah. Usaha strategis yang perlu dilakukan untuk menghindarkannya dari
kepunahan adalah dengan cara mengumpulkannya jadi satu dalam sebuah buku yang
refresentatif.
Daftar Rujukan
Dandjaja,
James. 1984. Folklor Indonesia. ilmu,
gossip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pres. Cetakan I.
Daud,
Alfani. 1997. Islam dan Masyarakat
Banjar: Deskripsi dan Analisis Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Effendi,
Rustam, dkk.,1994. Ungkapan dan Peribahasa Banjar, Jakarta: Penerbit Proyek Proyek
Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Cetakan I.
Ganie,
Tajuddin Noor. Pamali yang Ditakuti
Wanita Banjar. Facebook Group Bahasa Banjar, dipublikasikan 3 Mei
2013. Disukai oleh 219.281 orang.
Ganie,
Tajuddin Noor. Berjodoh dengan Suami
Bermasalah gara-gara Melanggar Pamali Banjar Bagian I. Banjarmasin:
Penerbit PT Karya Banjar Sejahtera. SKH Kalimantan Post Banjarmasin, 15 Juni
2013:6.
Ganie,
Tajuddin Noor. Berjodoh dengan Suami
Bermasalah gara-gara Melanggar Pamali Banjar Bagian II. Banjarmasin:
Penerbit PT Karya Banjar Sejahtera. SKH Kalimantan Post Banjarmasin, 22 Juni
2013:6.
Hapip, Abdul
Djebar. 2011. Kamus Banjar Indonesia.
Banjarmasin: Penerbit Grafika Wangi Kalimantan. Cetak Ulang Edisi III.
Jamali,
Zulfa, dan Dalle, Juhriansyah. 2013. Pamali sebagai Nilai-nilai Tradisional
Pencitraan Publik Figur Masyarakat Banjar. Blog, diunduh 10 November 2013.
Yayuk,
Rissari. 2013. Pamali Banjar sebagai
Fenomena Folklor Daerah. Blog Budaya. Indonesia. Sekarang.blogspot. com,
diunduh 10 November 2013.
Zaidan,
Abdul Rozak, dkk. 1994. Kamus Istilah Sastra
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.