Kamis, 12 Desember 2013

KHASANAH PAMALI BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN



KHASANAH PAMALI BANJAR
DI KALIMANTAN SELATAN

Oleh Tajuddin Noor Ganie
Rumah Pustaka Folklor Banjar, 
Banjarmasin, Kalsel
Email: ganietajuddinnoor@yahoo.co.id

Abstrak
Pamali Banjar adalah ungkapan tradisional berbahasa Banjar yang berisi paparan tentang siapa saja yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu pada waktu-waktu tertentu di tempat-tempat tertentu dan akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang berani melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang tidak boleh dilakukan itu.
Secara teoretis struktur Pamali Banjar ada 2, yakni: (1) berstruktur dua bagian dan (2) berstruktur tiga bagian.
Pamali Banjar berstruktur dua bagian disusun sedemikian rupa dengan merujuk kepada urutan-urutan sebagai berikut: (1) Paparan tentang siapa saja (apostrof) yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu (yang terlarang), yakni: (a) siapa haja (semua orang), (b) babinian (wanita), (c) kakanakan (anak-anak), (d) lalakian (laki-laki), dan (e)  orang-orang dengan status social atau profesi tertentu; (2) paparan tentang situasi-situasi tertentu; (3) paparan tentang waktu-waktu tertentu yang terlarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu; (4) paparan tentang tempat-tempat tertentu yang terlarang untuk dijadikan sebagai tempat untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu; dan (5) paparan tentang akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang secara tidak sengaja atau bahkan secara sengaja telah melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang tersebut.
Pamali Banjar berstruktur tiga bagian adalah Pamali Banjar yang dilengkapi dengan jalan keluar (solusi, bahasa Banjar, lalasar). Pada Pamali Banjar berstruktur dua bagian tidak ada paparan tentang jalan keluar (solusi) yang harus dilakukan supaya apostrof yang melakukan pelanggaran atas suatu Pamali Banjar tidak terkena akibat atau terkena hukuman (bahasa bahasa, takana kapamalian) sebagaimana yang diancamkan dalam Pamali Banjar yang dilanggarnya itu.

Kata kunci: pamali Banjar, pamali Banjar berstruktur dua bagian, dan pamali Banjar berstruktur tiga bagian.

Etimologi dan Definisi Pamali Banjar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) mengartikan pamali atau pemali sebagai pantangan atau larangan berdasarkan adat, kebiasaan, dan biasanya selalu dikaitkan dengan mitos.
Hutari (2010, dalam Jamali & Dalle, 2013:1055) berpendapat istilah pamali berasal dari bahasa Sunda, makna katanya sama dengan pantrang (pantang) dan cadu (tabu), yang artinya pantangan atau larangan tentang suatu tindakan yang dilakukan sehari-hari yang apabila dilakukan akan dapat mendatangkan kesialan dalam hal kesehatan, keselamatan, jodoh, rezeki, keturunan dsb dsb.
Menurut teori folklor, pamali termasuk dalam kelompok kepercayaan rakyat yang lajim disebut takhyul (Danandja, 1984:153-155). Namun, ada juga ahli lain yang memasukkannya dalam kelompok ungkapan tradisonal (Effendi dkk, 1994:27), dan (Jamali & Dalle, 2013:1055).
Effendi dkk (1994:27) menyebut pamali dengan istilah kata-kata tabu (ungkapan larangan), yakni sebuah kalimat imperative atau sebuah kalimat pernyataan. Susunan kalimat dalam ungkapan tabu ada 2 macam, yakni: (1) terdiri dua bagian, yakni berupa sebuah frase kerja ditambah dengan modalitas jangan. dan (2) tanpa modalitas jangan yang bermakna larangan ditambah dengan sebuah frase  (frase kerja, frase sifat, atau frase benda) yang mengandung makna hukuman atau sanksi.
Pamali dalam masyarakat Banjar berarti ungkapan-ungkapan yang mengandung semacam larangan atau pantangan untuk dilakukan, di mana dalam masyarakat Banjar, pamali memiliki posisi sekaligus berfungsi sebagai control social bagi seseorang dalam berkata, bertindak, atau melakukan suatu kegiatan (Jamali dan Dalle, 2013).
Kamus Banjar Indonesia mengartikan pamali sebagai pantang (Hapip, 2001:132). Penulis sendiri merumuskan pamali Banjar dengan rumusan sebagai berikut: ungkapan tradisional berbahasa Banjar yang berisi paparan tentang siapa saja yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu pada waktu-waktu tertentu di tempat-tempat tertentu dan akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang berani melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang tidak boleh dilakukan itu.

Struktur Pamali Banjar
Secara teorites struktur Pamali Banjar ada 2, yakni: (1) berstruktur dua bagian dan (2) berstruktur tiga bagian.

Pamali Banjar Berstruktur Dua Bagian
 Pamali Banjar berstruktur dua bagian disusun sedemikian rupa dengan merujuk kepada urutan-urutan sebagai berikut:
  1. Paparan tentang siapa saja (apostrof) yang tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan tertentu (yang terlarang), yakni: (1) siapa haja (semua orang), (2) babinian (wanita), (3) kakanakan (anak-anak), (4) lalakian (laki-laki), dan (5)  orang-orang dengan status social atau profesi tertentu.
  2. Paparan tentang situasi-situasi tertentu
  3. Paparan tentang waktu-waktu tertentu yang terlarang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu
  4. Paparan tentang tempat-tempat tertentu yang terlarang untuk dijadikan sebagai tempat untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang itu 
  5. Paparan tentang akibat-akibat tertentu yang melekat sebagai sebagai hukuman yang diancamkan kepada siapa saja yang secara tidak sengaja atau bahkan secara sengaja telah melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang terlarang tersebut
Paparan Nomor 1 dan 5 bersifat wajib (condition qua noon), sedangkan paparan Nomor 2, 3 dan 4 bisa ada dan bisa pula tidak ada (bersifat fakultatif), dalam kasus-kasus tertentu posisi ketiganya bisa saja saling bertukar tempat satu sama lainnya.
Bagian 1 pada Pamali Banjar dimaksud meliputi paparan Nomor 1-4 dan Bagian 2 adalah paparan Nomor 5

Contoh-contoh Pamali Banjar berstruktur dua bagian
Babinian (orang yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali badiri (perbuatan yang terlarang) di muhara lawang (tempat) kaina halinan baranak (akibat). Artinya wanita hamil terlarang duduk atau berdiri di muka pintu karena hal itu akan berakibat yang bersangkutan susah melahirkan.
Babinian (orang yang terlarang melakukan) batianan (situasi) pamali makan pisang kambar (perbuatan yang terlarang) kaina baranak kambar siam (akibat). Artinya wanita hamil terlarang makan pisang kembar karena hal itu berakibat  melahirkan anak kembar siam.
Babinian (orang yang terlarang melakukan) bujang (situasi) pamali bakujamas (perbuatan yang terlarang) malam Sabtu (waktu) kaina bajudu lawan laki nang katuju mamukulinya (akibat). Artinya anak gadis terlarang mengeramas rambut pada malam Sabtu karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan berjodoh dengan suami yang suka menyiksanya.
Babinian (orang yang terlarang melakukan) bujang (situasi) pamali bamasak sambil banyanyi (perbuatan yang terlarang) kaina baanak tiri (akibat). Artinya anak perawan terlarang memasak sambil menyanyi karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan bersuami duda yang sudah mempunyai anak (bakal mempunyai anak tiri).
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali bajalan (yang terlarang) parak kuburan (tempat) kaina kapidaraan (akibat). Artinya anak kecil terlarang berjalan di dekat kuburan karena hal itu akan berakibat yang bersangkutan akan jatuh sakit karena diganggu makhluk gaib.
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali duduk di bantal (perbuatan terlarang) kaina buritnya babisul (akibat). Artinya anak-anak terlarang menjadikan bantal sebagai tempat duduk karena hal itu berakibat pantat yang bersangkutan pantat akan ditumbuhi banyak bisul.
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali makan batis hayam (perbuatan terlarang) kaina tulisan kada baik kaya karacak hayam (akibat). Artinya anak-anak terlarang makan nasi berlauk-pauk kaki ayam karena hal itu berakibat tulisan yang bersangkutan menjadi jelek seperti cakar ayam.
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali makan iwak banyak-banyak (perbuatan terlarang) kaina parutnya buris marga bacacingan (akibat). Artinya anak-anak terlarang memakan ikan terlalu banyak karena hal itu berakibat perut yang bersangkutan akan kembung karena cacingan.
Kakanakan (orang yang terlarang melakukan) pamali mamakan kapala hayam (perbuatan terlarang) kaina bagawi kada manuntung (bahasa Banjar, kapala hayaman) (akibat). Artinya anak-anak terlarang memakan kepala ayam karena hal itu berakibat pelakunya akan selalu mengalami kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan orang kepadanya.
Kuitan (orang yang terlarang) pamali manjinjit talinga anaknya (perbuatan yang terlarang melakukan) kaina anaknya pacang batambah bangal (akibat). Artinya orang tua terlarang menjewer telinga anaknya karena hal itu berakibat anaknya akan bertambah bengal.
Lalakian bujang (orang yang terlarang melakukan) pamali mambari saputangan lawan larangannya (yang terlarang) kaina pagat balarangan (akibat). Artinya lelaki jejaka terlarang memberi saputangan kepada kekasihnya karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan putus cinta di tengah jalan.
Lalakian bujang (orang yang terlarang melakukan) pamali manukar baju rumbingan (perbuatan yang terlarang) kaina babini balu (akibat melanggar larangan). Artinya lelaki perjaka terlarang membeli baju bekas karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan beristri janda.
Lalakian bujang (orang yang terlarang melakukan) pamali kada mandatangi saruan urang banikahan atawa bapangantinan (perbuatan yang terlarang dan keterangan kegiatan) kaina halin judu (ngalih baulih judu) (akibat melanggar larangan). Artinya lelaki jejaka terlarang tidak menghadiri undangan pernikahan atau perkawinan karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan jodoh.
Pandulang intan (orang yang terlarang melakukan) pamali bapandir di dalam luang pandulangan (perbuatan yang terlarang dan keterangan tempat) kaina galuh kada mau baparak (akibat melanggar larangan). Artinya terlarang berbicara ketika menggali lubang pendulangan karena hal itu berakibat yang bersangkutan tidak akan memperoleh intan yang dicarinya.
Pangantin (orang yang terlarang melakukan) pamali makan bagangan (perbuatan yang terlarang) kaina hari hujan labat pas hari inya dikawinakan (akibat melanggar larangan). Artinya pengantin terlarang makan berkuah sayur karena hal itu berkibat hujan turun pada hari perkawinannya.
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) imbah makan (situasi) pamali barabah (perbuatan yang tidak boleh dilakukan) kaina awak ringkut lalu kulir bagawi (akibat). Artinya siapa saja setelah makan terlarang langsung berbaring, nanti tubuh jadi lemas sehingga yang bersangkutan jadi malas bekerja.
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) nang baisi anak halus (situasi) pamali mamakan buah gindalun (perbuatan yang tidak boleh dilakukan) kaina anaknya kana panyakit sawan (akibat). Artinya orang yang memiliki anak kecil terlarang memakan atau membawa pulang ke rumah buah gindalun karena hal itu berakibat anaknya akan terkena penyakit sawan.
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) nang hanyar nikah (situasi) pamali kaluar rumah (perbuatan yang terlarang, sekaligus juga keterangan tempatnya) basanjaan hari (waktu), kaina diganggu urang halus (akibat). Artinya siapa saja yang baru menikah terlarang keluar rumah ketika senja, karena yang bersangkutan akan jatuh sakit akibat diganggu makhluk gaib.
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) pamali bacaramin sambil barabah (perbuatan terlarang) kaina karindangan saurangan (akibat). Artinya siapa saja terlarang bercermin sambil berbaring karena hal itu akan berakibat cinta yang bersangkutan akan bertepuk sebelah tangan.
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) pamali bagambar batalu (perbuatan yang terlarang) kaina nang di tangah pacang tadahulu mati (akibat). Terlarang bagi siapa saja berfoto bertiga karena hal itu berakibat yang berada di tengah akan lebih dulu meninggal dunia.
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) pamali bahira (situasi) sambil banyanyi (perbuatan yang terlarang) kaina gigi rupui barataan (akibat). Artinya terlarang berak sambil menyanyi karena hal itu berakibat gigi yang bersangkutan akan rapuh dan akhirnya tanggal semua (ompong).
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) pamali bahira (perbuatan yang terlarang) sanja (tempat) kaina rajaki hilang parcuma (akibat). Artinya terlarang berak ketika hari menjelang senja karena hal ini berakibat rezeki yang bersangkutan akan hilang percuma.
Siapa haja (orang yang terlarang melakukan) pamali bajajahit baju (perbuatan yang terlarang) malam (waktu) kaina mawaris fakir miskin (akibat). Artinya siapa saja terlarang menjahit pakaian malam hari karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan jatuh miskin di masa tuanya nanti.
Tukang jahit (orang yang terlarang melakukan) pamali manggunting kain maulah baju hari Salasa atawa Sabtu (perbuatan yang terlarang dan keterangan waktu) kaina bajunya kada nyaman dipakai urang (akibat melanggar larangan). Artinya tukang jahit terlarang memotong kain membuat baju pada hari Selasa atau Sabtu karena hal itu berakibat baju yang dibuatnya tidak enak dipakai orang.
Uma, banyu susu (keterangan objek larangan) uma (orang yang terlarang melakukan) pamali titik ka kamaluan anak (perbuatan yang terlarang) kaina anaknya jadi urang nang katuju bajinah (akibat melanggar larangan). Air susu ibu terlarang sampai jatuh ke kemaluan anak karena hal itu berakibat anak yang bersangkutan akan menjadi orang yang suka berzinah di masa dewasanya nanti.
Urang dagang (orang yang terlarang melakukan) pamali bajual cuka malam (perbuatan yang terlarang dan keterangan waktu) kaina langganan bukahan (akibat melanggar larangan). Artinya orang dagang terlarang menjual cuka asam pada malam hari karena hal itu berakibat para pelanggannya akan lari  berbelanja ke toko lain
Urang dagang (orang yang terlarang melakukan) pamali bajual lading silit malam (perbuatan yang terlarang dan keterangan waktu) kaina tukunya bangkrut (akibat melanggar larangan). Artinya para pedagang terlarang menjual pisau silet pada malam hari karena hal itu berakibat toko yang bersangkutan akan bangkrut.
Urang dagang (orang yang terlarang melakukan) pamali bajual minyak gas malam (perbuatan yang terlarang dan keterangan waktu) kaina rumah kasalukutan (akibat melanggar larangan). Artinya para pedagang terlarang membeli atau menjual minyak tanah pada malam hari karena hal itu berakibat rumah yang bersangkutan akan terbakar.
Urang dagang (orang yang terlarang melakukan) pamali bajual uyah malam (perbuatan yang terlarang dan keterangan waktu) kaina usahanya bangkrut (akibat melanggar larangan). Artinya para dagang terlarang menjual garam pada malam hari karena hal itu berakibat yang bersangkutan mengalami kebangkrutan

Pamali Banjar Berstruktur Tiga Bagian
 Pamali Banjar berstruktur tiga bagian adalah Pamali Banjar yang dilengkapi dengan jalan keluar (solusi, bahasa Banjar, lalasar). Pada Pamali Banjar berstruktur dua bagian tidak ada paparan tentang jalan keluar (solusi) yang harus dilakukan supaya apostrof yang melakukan pelanggaran atas suatu Pamali Banjar tidak terkena akibat atau terkena hukuman (bahasa bahasa, takana kapamalian) sebagaimana yang diancamkan dalam Pamali Banjar yang dilanggarnya itu.

Contoh-contoh Pamali Banjar berstruktur tiga bagian
Babinian batianan pamali bajajahit (Bagian 1), kaina halinan baranak (Bagian 2), supaya kada takana kapamalian, maka apa nang dijahitnya langsung ditapas (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang menjahit, karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan mengalami kesulitan ketika melahirkan anak yang dikandung, supaya terhindar dari akibat buruk maka bersegeralah mencuci segala sesuatu yang dijahit tersebut
Babinian batianan pamali maandak wancuh di dalam panci nang batukup (Bagian 1) kaina halinan baranak (Bagian 2), supaya kada takana kapamalian maka wancuh wan pancinya langsung dibasuh (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang meletakkan sendok nasi di dalam panci yang tertutup karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan mengalami kesulitan dalam proses persalinanannya nanti. Supaya terhindar dari akibat buruk maka sendok nasi dan panci dimaksud harus segera dicuci.
Babinian batianan pamali malawat urang kamatian (Bagian 1) kaina anaknya pucat kaya mayat (Bagian 2). Supaya anak dalam tianan kada takana kapamalian maka imbah bulik ka rumah langsung batampungas (Bagian 3). Artinya  wanita hamil terlarang melayat ke tempat orang meninggal dunia karena hal itu berakibat anaknya akan berwajah pucat seperti mayat. Supaya terhindar dari akibat buruk dimaksud maka bersegeralah mencuci muka setelah pulang dari melayat orang meninggal dunia.
Babinian batianan pamali malihat barang sasuatu nang kada baik (Bagian 1) kaina anaknya kasindiran (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka hancapi sambat: his jubilah. Artinya wanita yang sedang hamil terlarang melihat sesuatu yang tidak baik karena hal itu akan berakibat buruk bagi anaknya yang masih berada di dalam kandungannya. Supaya terhindar dari akibat buruk tersebut maka segera ucapkanlah kata-kata: his jubilah (sama artinya dengan kata-kata amit-amit jabang bayi dalam bahasa Jawa).
Babinian batianan pamali malilitakan handuk atawa tapih ka gulu (Bagian 1) kaina tali pusat anaknya talilit di dalam parut (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian, maka handuk atawa tapih nang talanjur dililitakan di gulu itu langsung ditapas lalu dijamur (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang melilitkan handuk atau sarung di leher karena hal itu berakibat tali pusar (plasenta) anaknya akan terlilit selagi masih berada di dalam kandungan. Supaya terhindar dari akibat buruk tersebut maka cucilah segera handuk atau sarung dimaksud dan langsung dijemur.
Babinian batianan pamali mangucup sumsum tulang sapi (Bagian 1) kaina anaknya nang masih dalam tianan pacang dihisap buyu (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka hancapi sambat: his jubilah (bagian 3). Artinya wanita yang sedang hamil terlarang menyedot sumsum tulang sapi karena hal itu akan berakibat anaknya akan diisap makhluk gaib yang dalam bahasa Banjar disebut buyu. Supaya terhindar dari akibat buruk tersebut maka segera ucapkanlah kata-kata: his jubilah (yang kurang lebih artinya sama dengan kata-kata amit-amit jabang bayi dalam bahasa Jawa).
Babinian batianan pamali manyubarang batang banyu (Bagian 1) kaina halinan baranak (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka hamburakan baras kuning di tangah batang banyu (Bagian 3). Artinya wanita hamil terlarang menyeberangi sungai karena hal itu berakibat proses persalinannya akan banyak mengalami hambatan. Supaya tidak terkena akibat buruk dimaksud maka taburkanlah beras kuning ketika perahu atau kapal yang ditumpangi berada di tengah sungai.
Babinian imbah baranak pamali bajajahit (Bagian 1) kainanya matanya kabus (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian, maka apa nang dijahitnya langsung ditapas (Bagian 3). Artinya seorang wanita yang baru saja melahirkan anak terlarang menjahit pakaian karena hal itu berakibat matanya akan menjadi rabun. Supaya terhindar dari akibat buruk maka bersegeralah mencuci segala sesuatu yang dijahit tersebut
Babinian imbah baranak pamali manampi baras (Bagian 1) kaina matanya bisa kabus (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka imbah manampi baras hancapi batampungas (Bagian 3) Artinya wanita yang baru saja melahirkan anak terlarang menampi beras karena hal itu berakibat matanya akan rabun. Supaya terkena akibat tersebut maka setelah selesai menampi beras harus segera mencuci mukanya.
Kakanakan halus pamali dibawa masuk ka dalam hutan (Bagian 1) kaina kapidaraan marga dirawa urang halus (Bagian 2). Supaya jangan takana kapamalian andaki halalang di sasala talinganya (Bagian 3). Artinya anak kecil terlarang diajak masuk ke dalam hutan lebat karena ia akan sakit demam panas akibat diganggu makhluk gaib. Supaya tidak terkena akibat buruk dimaksud, maka di sela-sela telinga anak yang bersangkutan dipasangi rumput ilalang.
Kakanakan pamali bajalan parak kuburan (Bagian 1) kaina kapidaraan (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian lakasi ucapakan assalam mualaikum (Bagian 3). Artinya anak kecil terlarang berjalan di dekat kuburan karena hal itu akan berakibat yang bersangkutan akan jatuh sakit karena diganggu makhluk gaib. Supaya tidak terkena akibat buruknya maka begitu memasuki areal pekuburan maka bersegeralah mengucapkan assalam mualaikum.
Kakanakan pamali batiharap atawa batiharung (Bagian 1) kaina ditinggalakan kuitan mati (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian hancapi badiri sambil baucap: jauhakan bala kamatian uma kamatian abah  (Bagian 3). Artinya anak-anak terlarang bertiarap karena hal itu berakibat orang tuanya akan segera meninggal dunia. Supaya tidak terkena akibat buruk tersebut maka segeralah berdiri sambil mengucapakan kata-kata: jauhkan bala bencana berupa kematian orang tua.
Kakanakan pamali guring batilungkup (Bagian 1) kaina ditinggalakan kuitan mati (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian hancapi badiri sambil baucap: jauhakan bala kamatian kuitan (Bagian 3). Artinya anak-anak terlarang tidur bertelungkup karena hal itu berakibat orang tuanya akan segera meninggal dunia. Supaya tidak terkena akibat buruk tersebut maka segeralah berdiri sambil mengucapakan kata-kata: jauhkan diriku dari bala bencana kematian orang tua.
Kakanakan pamali malihat mayat (Bagian 1) kaina kapidaraan (Bagian 2). Supaya kada kapidaraan talinganya diculiti kapur sirih (Bagian 3). Artinya anak kecil terlarang melihat mayat karena hal itu berakibat yang bersangkutan akan jatuh sakit. Supaya tidak jatuh sakit maka telinga anak yang bersangkutan dipolesi dengan kapur sirih.
Pandulang intan pamali manunjuk barang sasuatu lawan talunjuk di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak inya badua kada katuju lawan urang nang manunjuk lawan talunjuk (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian tunjuklah barang sasuatu itu lawan ibu jari (jampul) (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menunjuk segala sesuatu di lokasi pendulangan intan dengan telunjuknya karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat tidak senang kepada orang yang berprilaku seperti itu sehingga keduanya tidak mau mendekat untuk menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang pendulangan intan yang digalinya. Akibatnya, pendulang intan yang bersangkutan tidak akan pernah berhasil memperoleh intan kecil apalagi intan besar barang sebutir juapun. Hal ini berkaitan dengan etika kesopanan. Konon, para gadis dari alam gaib yang bertugas sebagai penabur intan tidak suka melihat orang menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya. Orang seperti itu dinilai sebagai orang sombong yang tidak tahu etika sopan santun. Supaya tidak terkena akibat seperti itu maka tunjuklah segala sesuatu dengan menggunakan ibu jari (jempol).
Pandulang intan pamali manyambat bulik di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua mangira inya disuruh bulik ka alam gaib wadah inya bagana (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah mara (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata bulik (pulang) di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani mengira dirinya diusir dan disuruh pulang kembali ke alam gaib. Sehingga keduanya langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah bulik dengan kata ganti mara.
Pandulang intan pamali manyambat hadangan, hayam, kambing, sapi, wan ular di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua takutan lawan hadangan, hayam, kiambing, sapi, wan ular. Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah pikulan, manuk,  mikmik, nguah, wan akar (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata hadangan (kerbau), hayam (ayam), sapi, dan ular di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat takut dengan hadangan (kerbau). Di alam gaib sana hadangan (kerbau) dikenal sebagai binatang buas yang sangat berbahaya. Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah hadangan (kerbau) dengan kata ganti pikulan, manuk, mikmik, nguah, wan akar.
Pandulang intan pamali manyambat hujan di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua takutan lawan hujan (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah runtuh (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata hujan di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat takut dengan hujan. Di alam gaib sana hujan dikenal sebagai situasi yang sangat berbahaya. Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah hujan dengan kata ganti runtuh.
Pandulang intan pamali manyambat intan di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang wani manyambat intan (Bagian 3). Supaya kada takanan kapamalian maka sambatlah galuh (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata intan di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat tidak suka kepada orang yang dianggapnya tidak sopan. Sehingga keduanya tidak mau mendekat untuk menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang milik pendulangan yang berani menyebut kata intan tersebut. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah intan dengan kata ganti galuh. Mengucapkan kata intan selama berada di lokasi pendulangan sangatlah tabu. Kata ganti untuk itu adalah galuh. Konon, para Siti Anggani dan Putri Sahanjani sangat marah mendengar ada orang yang berani menyebut kata intan tanpa tedeng aling-aling. Hal itu dianggap melanggar etika kesopanan. Sama tidak sopannya dengan seorang anak yang begitu berani memanggil orang lain yang usianya lebih tua dengan cara langsung menyebut namanya tanpa embel-embel sama sekali (bahasa Banjar, basisi).
Pandulang intan pamali manyambat makan di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua takutan mandangar dikiranya inya badua handak dimakan (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah muat (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata makan di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat takut mendengar kata-kata itu keduanya mengira mereka akan dimakan oleh para pendulang intan. Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah makan dengan kata ganti muat.
Pandulang intan pamali manyambat nasi di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua takutan lawan nasi nang asalnya kada lain pada banih (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah biji (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata nasi di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat takut dengan nasi yang sejatinya adalah padi yang dikukus. Sehingga keduanya akan langsung pulang kembali ke alam gaib dan tidak jadi melaksanakan tugas rutinnya menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang yang ada di lokasi pendulangan intan dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah nasi dengan kata ganti biji. Hal ini berkaitan dengan legenda purba persaingan antara padi dengan intan. 
Pandulang intan pamali manyambat sial di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang manyambat dirinya sial (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah lucung (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata sial di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat tidak suka dengan orang yang menyebut dirinya sial. Sehingga keduanya tidak akan sudi menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang milik orang yang mengucapkan kata sial dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah sial dengan kata ganti lucung.
Pandulang intan pamali manyambat tulak di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang manyambat tulak (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah para (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata tulak (pergi) di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat tidak suka dengan orang yang menyebut kata tulak dimaksdu. Sehingga keduanya tidak akan sudi menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang milik orang yang mengucapkan kata tulak dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah tulak dengan kata ganti para (lamar).
Pandulang intan pamali manyambat turun di pandulangan intan (Bagian 1), kaina kada ba-ulihi mandulang intan, marganya Siti Anggani wan Putri Sahanjani kada hakun baparak. Inya badua kada katuju lawan urang nang manyambat turun (Bagian 2). Supaya kada takana kapamalian maka sambatlah mara (Bagian 3). Artinya pendulang intan terlarang  menyebut kata turun di lokasi pendulangan intan karena Siti Anggani dan Putri Sahanajani sangat tidak suka dengan orang yang menyebut kata turun. Sehingga keduanya tidak akan sudi menaburkan intan-intan yang dibawanya ke dalam lubang milik orang yang mengucapkan kata turun dimaksud. Akibatnya yang bersangkutan kehilangan peluang untuk memperoleh intan barang sebutir jua pun. Supaya tidak terkena akibat itu, maka sebutlah turun dengan kata ganti mara (maju).
Siapa haja pamali manunjuk balahindang (Bagian 1), kaina tangannya kutung (Bagian 2), supaya kada kutung hancapi talunjuk diisap (Bagian 3). Artinya, siapa saja terlarang menunjuk pelangi. Nanti telunjuknya akan bunting. Supaya tidak bunting maka telunjuk dimaksud harus segera diisap.

Penutup
Pada masanya Pamali Banjar pernah menjadi semacam hukum sosial tak tertulis (konvensi) yang sangat disakralkan, sehingga setiap individu orang Banjar berusaha untuk tidak melakukan pelanggaran terhadapnya.
Uniknya, meskipun tidak ada aparatur hukum yang bertugas sebagai penegaknya di lapangan, namun, karena takut mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, maka tak ada seorang pun yang berani melanggarnya.
Lambat laun pamali Banjar mengalami desakralisasi yang sangat ekstrim. Posisinya sebagai salah satu entitas penting dalam khasanah kepercayaan tradisional etnis Banjar merosot drastis menjadi mitos yang tidak fungsional lagi sebagai hukum lisan (konvensi). Bahkan, saking merosotnya maka pamali Banjar sekarang ini tak lebih dari sekadar ungkapan fiktif yang tidak berarti apa-apa secara social (dianggap Cuma takhayul belaka)..
Ajaran agama Islam dengan seperangkat terminologinya seperti takhayul, bid’ah, dan khurafat telah berperan sangat besar dalam menggerus fungsi sosial pamali Banjar sebagai hukum lisan yang sakral. Selain itu, ilmu pengetahuan yang berbasis rasionalitas juga tak kalah gencarnya melongsorkan sendi-sendi yang selama ini menopang kesakralan pamali Banjar.
Tidak hanya pamali Banjar yang mengalami proses desakralisasi yang begitu dahsyat seperti ini, tetapi juga dialami oleh sejumlah entitas folklor Banjar lainnya, seperti alamat (bahasa Banjar, artinya isyarat gaib), kepercayaan kepada adanya tuah magis pada bacaan (mantra Banjar), kepercayaan kepada adanya tuah-tuah tertentu pada suatu benda tertentu, praktik peramalan masa depan (bahasa Banjar, bilangan), tafsir mimpi, kepercayaan terhadap gejala-gejala alam yang bersifat alamiah yang disebut tanda-tanda, dan kepercayaan terhadap gejala-gejala alam yang bersifat langka yang disebut tatangar.
Dalam hal ini semua entitas folklor Banjar dimaksud sama-sama digunakan sebagai sarana peringatan dini yang harus disikapi dengan perilaku tertentu. Bedanya, titik berat fungsional pamali Banjar adalah sebagai sarana peringatan dini yang bersifat memaksa, yakni orang Banjar tidak diperkenankan untuk melakukannya. Jika melakukannya maka ada risiko tertentu yang harus ditanggungnya sebagai akibat atau konsekwensi atas pelanggaran yang dilakukannya terhadap pamali Banjar.
Semua entitas folklor Banjar dimaksud sama sifatnya yakni sama-sama mengandung hal-hal yang bersifat takhyul, bid’ah, dan khurafat menurut terminologi agama Islam, atau mengandung hal-hal yang tidak rasional menurut terminologi ilmu pengetahuan modern yang berasal dari Barat.
Namun, terlepas dari status masa kininya yang cuma sekadar ungkapan fiktif (takhayul), pamali Banjar harus tertap dijaga agar jangan sampai punah. Usaha strategis yang perlu dilakukan untuk menghindarkannya dari kepunahan adalah dengan cara mengumpulkannya jadi satu dalam sebuah buku yang refresentatif.

Daftar Rujukan
Dandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia. ilmu, gossip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pres. Cetakan I.
Daud, Alfani. 1997. Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisis Kebudayaan Banjar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Effendi, Rustam, dkk.,1994.  Ungkapan dan Peribahasa Banjar, Jakarta: Penerbit Proyek Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Selatan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Cetakan I.
Ganie, Tajuddin Noor. Pamali yang Ditakuti Wanita Banjar. Facebook Group Bahasa Banjar, dipublikasikan 3 Mei 2013.  Disukai oleh 219.281 orang.
Ganie, Tajuddin Noor. Berjodoh dengan Suami Bermasalah gara-gara Melanggar Pamali Banjar Bagian I. Banjarmasin: Penerbit PT Karya Banjar Sejahtera. SKH Kalimantan Post Banjarmasin, 15 Juni 2013:6. 
Ganie, Tajuddin Noor. Berjodoh dengan Suami Bermasalah gara-gara Melanggar Pamali Banjar Bagian II. Banjarmasin: Penerbit PT Karya Banjar Sejahtera. SKH Kalimantan Post Banjarmasin, 22 Juni 2013:6. 
Hapip, Abdul Djebar. 2011. Kamus Banjar Indonesia. Banjarmasin: Penerbit Grafika Wangi Kalimantan. Cetak Ulang Edisi III.
Jamali, Zulfa, dan Dalle, Juhriansyah. 2013. Pamali sebagai Nilai-nilai Tradisional Pencitraan Publik Figur Masyarakat Banjar. Blog, diunduh 10 November 2013.
Yayuk, Rissari. 2013. Pamali Banjar sebagai Fenomena Folklor Daerah. Blog Budaya. Indonesia. Sekarang.blogspot. com, diunduh 10 November 2013.
Zaidan, Abdul Rozak, dkk. 1994. Kamus Istilah Sastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

14 komentar:

  1. Dilarang keras mengutip tulisan ini tanpa izin. Namun, izin praktis kuberikan jika anda meminta izin secara tertulis di blok komentar ini. Artinya setelah menuliskan permintaan izin, anda boleh mengutipnya tanpa menunggu jawaban tertulis dariku.

    BalasHapus
  2. Ijin copy lah pa ?
    Ada buku tentang pamali lah pa ? Mau bikin skripsi tentang pamali

    BalasHapus
  3. izin copy pak untuk utgas kuliah... syukran ;)

    BalasHapus
  4. Ijin copy lah pa.. terimakasih

    BalasHapus
  5. Ulun ijin mengutip untuk tugas akhir Pak

    BalasHapus
  6. izin mengutip ya, untuk tugas kuliah. terima kasih :)

    BalasHapus
  7. izin mengutip pak. terimakasih :)

    BalasHapus
  8. Ulun minta izin mengutip tulisan ini pak lah

    BalasHapus
  9. PERMAINAN ONLINE TERBESAR DI INDONESIA

    Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia ^^
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat :)
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino

    - Adu Q
    - Bandar Q
    - Bandar Sakong
    - Bandar Poker
    - Poker
    - Domino 99
    - Capsa Susun
    - BANDAR66 / ADU BALAK
    - Perang Bacarat ( GAME TERBARU )

    Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang asli ^^
    * Minimal Deposit : 20.000
    * Minimal Withdraw : 20.000
    * Deposit dan Withdraw 24 jam Non stop ( Kecuali Bank offline / gangguan )
    * Bonus REFFERAL 15 % Seumur hidup tanpa syarat
    * Bonus ROLLINGAN 0.3 % Dibagikan 5 hari 1 kali
    * Proses Deposit & Withdraw PALING CEPAT
    * Sistem keamanan Terbaru & Terjamin
    * Poker Online Terpercaya
    * Live chat yang Responsive
    * Support lebih banyak bank LOKAL
    * Menerima Deposit Via OVO dan Pulsa Telkomsel, XL/AXIS

    Contact Us

    Website SahabatQQ
    WA 1 : +85515769793
    WA 2 : +855972076840
    Wechat : Sahabat_QQ
    Line : Sahabat_QQ
    FACEBOOK : SahabatQQ Reborn
    TWITTER : SahabatQQ
    YM : cs2_sahabatqq@yahoo.com
    Kami Siap Melayani anda 24 jam Nonstop

    Daftar SahabatQQ

    BalasHapus
  10. izin mangutip pa gasan manulis buku

    BalasHapus